I.
PENGANTAR
a. Prolog
Pembangunan bangsa Indonesia tidak hanya
tertumpu pada pemerintah, melainkan tugas seluruh elemen bangsa ini. Memang tidak
dapat dipungkiri bahwa menjadikan Indonesia sebagai negara besar bukanlah
perkara mudah, namun membangun Indonesia maju dengan masyarakatnya yang
sejahtera bukan hal mustahil. Sebagai langkah awal dalam membangun bagsa, peran
generasi muda dilakukan melalui aktivitas kontributif. Desa Produktif (Despro)
menjadi salah satu sarana pengembangan kapasitas generasi muda dalam memahami
masalah bangsa yang langsung bersinggungan dengan masyarakat akar rumput.
b. Sekilas Tentang Desa Produktif
i.
Sekolah
Desa Produktif (SDP) sebagai Akar Despro
SDP adalah
program revitalisasi desa dengan mengembangkan potensi yang dimiliki
masyarakat, baik potensi bidang pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi. Sekolah
Desa Produktif mengedepankan prinsip partisipatif dan mandiri, sehingga
masyarakat sasaran bukan hanya sebagai obyek, tetapi juga bagian dari subyek
pemberdayaan. Sasaran program Sekolah Desa Produktif adalah
masyarakat desa/komunitas marjinal. Pelaksana program Sekolah Desa Produktif
digerakkan oleh mahasiswa penerima Beastudi Etos, dimana kegiatan ini menjadi
bagian pembinaan mereka pada bidang sosial pemberdayaan.
ii.
Transformasi
Menuju Desa Produktif
SDP merupakan perkembangan awal Desa
Produktif (Despro) yang saat ini mulai memiliki alur konsistensi tujuan dan
output program yang lebih terukur. Program kontribusi mahasiswa penerima
Beastudi Etos ini diawali di tahun 2009 dengan nama Kampung Produktif yang
besrsifat proyek/insidental dengan skema pengajuan program yang bersifat
kompetisi. engan demikian, program ini dibatasi waktu dan belum memiliki aspek sustainability
yang kuat. Dinamika substansi program kampung produktif mengalami perubahan
yaitu menempatkan pola pembinaan pada aktivitas ini sebagai program pembinaan
bidang sosial bagi penerima Beastudi Etos mulai tahun 2011. Semangat SDP
diawali program melalui sekolah guna mengembangkan kualitas dan potensi
masyarakat secara umum dalam jangka panjang. Namun seiring berjalannya waktu
SDP mengalami perubahan nama menjadi Desa Produktif (Despro) karena tidak semua
daerah memiliki program secara langsung melalui sekolah, dengan kata lain
langsung berhubungan dengan masyarakat.
Perubahan yang terjadi di atas dikarenakan pertimbangan tujuan program,
yaitu penguatan pada output program bagi masyarakat dan membangun profil
kontributif bagi penerima manfaat Beastudi Indonesia yang diputuskan pada tahun
2014. Pergeseran makna Desa Produktif (Despro) digunakan untuk menamai
lokasi masyarakat sasaran. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam
mengoptimalkan hasil atau capaian program Despro, yaitu peningkatan kapasitas
internal tim Despro daerah dan penguatan jaringan. Tujuan utama Despro adalah 2
hal, pertama, memberikan kompetensi kepada penerima manfaat BI dalam
memahami persoalan akar rumput dan mengorganisasikan masyarakat. Kedua,
aktivitas Despro mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara
signifikan.
c.
Rencana Intervensi SDP
Rencana intervensi SDP ditujukan pada empat
bidang utama, yaitu:
i.
Bidang Pendidikan
ii.
Bidang Ekonomi
iii.
Bidang Kesehatan
iv.
Bidang Sosial
d.
Struktur dan Pengelolaan
i.
Manajer Komunitas
|
Supervisor Pembinaan Bidang Sosial
|
Koord. Despro
|
Pendamping Bidang Sosial
Etos
|
Fasilitator Despro
|
Koordinator Daerah SDP
|
Adminkeu
|
PIC Program
|
PIC Program Pendidikan
|
PIC Program Kesehatan
|
PIC Program Ekonomi
|
PIC Program Sosial
|
ii.
Job Desc. Tim
SDP Daerah
·
Mengawal proses pelaksanaan program Desa
Produktif.
·
Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
Despro di daerah masing-masing.
·
Melaporkan perkembangan pelaksanaan Despro
secara periodik sesuai sistematika yang ada.
·
Melakukan proses kerjasama dengan pihak lain
untuk optimalisasi capaian Despro
·
Membangun, memonitoring dan mengevaluasi
komunikasi yang baik dengan tim Despro pusat, tim Despro daerah dan masyarakat
sasaran.
·
Membangun, menciptakan dan mengawal komunikasi
maupun mempublikasikan program Despro kepada pihak eksternal.
·
Optimalisasi potensi kemandirian finansial
daerah.
·
Membangun komunikasi dan sinergi dengan
program-program Beastudi Indonesia dan Dompet Dhuafa
iii.
Hak Tim SDP
Daerah
·
Support pembiayaan atas program
·
Pendampingan oleh Tim Despro pusat
·
Konsultasi dan koordinasi terkait konsep program
Despro daerah
II.
MIMPI DESA PRODUKTIF
a. Visi
dan Misi
·
Visi : Membangun Generasi Kontributif dalam Mewujudkan Masyarakat Mandiri
yang Unggul dan Berdaya.
·
Misi : Menciptakan Generasi Peduli untuk Masyarakat Mandiri yang
Unggul dan Berdaya.
·
Tujuan Utama : Mengembangkan wilayah dengan mengedepankan potensi
lokal yang dimotori oleh partisipasi masyarakat yang difasilitasi oleh
mahasiswa, dimana mampu memberikan manfaat secara signifikan dalam meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
b. Kurikulum
Despro (Pembinaan Profil Kontributif)
Tahun
|
Aspek
|
Point
|
Tahun I
|
Tahu Apa
|
1.Memahami pemberdayaan masyarakat secara teoritis
2.Mengetahui pola pendekatan pemberdayaan masyarakat
|
Bisa Apa
|
1. Mampu Membuat Analisis Dasar Kondisi Masyarakat
2. Mampu Menyusun Program Pendampingan Masyarakat
|
|
Perilaku Seperti Apa
|
1. Peka
2. Empati
3. Probono/Berbagi
4. Suka Menolong
|
|
Metode
|
1. Training
2. Penugasan membaca Buku
3. Pendampingan Program Sosial
4. Coaching
5. Kunjungan Kelembagaan
|
|
Materi (Bersifat Hierarki)
|
1. Teori dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Pola
PRA)
2. Social mapping, penyusunan grand design dan
aktivitas program (Pola SLA)
3. Community Organizer
4. Penguatan dan pengembangan Jaringan
5. Kajian pengukur keberhasilan program (LFA)
6. PAIKEM
|
|
Indikator Keberhasilan
|
Aktif dalam kegiatan sosial
(aktif dalam proses pendampingan minimal 10 kali)
|
|
Cara Mengukur (Evaluasi)
|
1. Rilis Kegiatan sosial yang diikuti
2. Daftar kontrol dari pendamping etos bidang sosial
pemberdayaan
|
|
Tahun II
|
Tahu Apa
|
1. Memahami Demografi Sosial Masyarakat
2. Membangun Jaringan
3. Mampu Mengimplementasikan Program Pemberdayaan
Masyarakat
|
Bisa Apa
|
1. Mampu Aktif dan Mengorganisasikan Masyarakat
2. Memiliki jaringan
|
|
Perilaku Seperti Apa
|
1. Peka
2. Empati
3. Probono/Berbagi
4. Suka Menolong
|
|
Metode
|
1. Training
2. Penugasan membaca Buku
3. Pendampingan Program Sosial
4. Coaching
5. Kunjungan Kelembagaan
|
|
Materi (Bersifat Hierarki)
|
Manajemen pemagku kepentingan
(manajemen jaringan)2. Identifikasi potensi dan resiko dalam program3.
Kebijakan pembangunan masyarakat4. Materi kontekstual kebutuhan daerah (3 x
pertemuan).
|
|
Indikator Keberhasilan
|
Melakukan kegiatan sosial
terstruktur 2. Mempunyai database jaringan 3. Aktif dalam kegiatan sosial
(aktif dalam proses pendampingan minimal 15 kali).
|
|
Cara Mengukur (Evaluasi)
|
1. Rilis kegiatan sosial yang diikuti
2. Daftar jaringan tokoh/ institusi (nama, TTL, alamat,
institusi, jabatan/posisi, no telepon, email, pin BB)
|
|
Tahun III
Tahun III
|
Bisa Apa
|
1. Memahami Antropologi
2. Memahami pola dan perencanaan rekayasa sosial
3. Memahami aktivitas social entrepreneur
|
Perilaku Seperti Apa
|
1. Mampu mengelola program sosial pemberdayaan
2. Mampu mengoptimalkan jaringan program sosial
pemberdayaan
3. Memahami pola menyusun perencanaan social
entrepreneur
|
|
Perilaku Seperti Apa
|
1. Peka
2. Empati
3. Probono/Berbagi
4. Suka Menolong
5. Jiwa Kedermawanan Sosial (Aspek Ekonomi)
|
|
Metode
|
1. Training
2. Penugasan membaca Buku
3. Pendampingan Program Sosial
4. Coaching
5. Kunjungan Kelembagaan
|
|
Materi (Bersifat Hierarki)
|
1. Pembangunan budaya sosial masyarakat
2. Pendidikan dan pengembangan manusia
3. Tata kelola dan penguatan Civil Society (example:
NGO, Social Entrepreneur, Lembaga Sosial Lokal/Institusi Sosial
Mandiri/Koperasi)
4. Materi kontekstual kebutuhan daerah (3 x pertemuan)
|
|
Indikator Keberhasilan
|
1. Memiliki keterlibatan dalam pengelolaan daerah
binaan
2. Bekerja sama dengan jaringan yang dimiliki sesuai
dengan jalur kompetensi
3. Aktif dalam kegiatan sosial (aktif dalam proses
pendampingan minimal 7 kali)
|
|
Cara Mengukur (Evaluasi)
|
1. Rilis kegiatan sosial yang diikuti
2. Daftar jaringan tokoh/ institusi (nama, TTL, alamat,
institusi, jabatan/posisi, no telepon, email, pin BB)
3. Data penyusunan kaji dampak keberlangsungan program
sosial
|
c. Rencana
Strategis
No.
|
Kategori
Daerah
|
Definisi
|
Capaian
Masyarakat/Komunitas Sasaran
|
1.
|
Wilayah proses inisiasi
|
Program masih pada tahap awal secara substantif, dimana program berfungsi sebagai upaya
pendekatan kepada masyarakat.
Program dimaksudkan memberikan ruang pengalaman kepada
masyarakat terhadap pengetahuan
dan pengalaman yang baru.
|
1. Mulai
adanya komunikasi intensif dengan masyarakat/komunitas sasaran
|
2.
Mulai adanya kegiatan
sosial bersama masyarakat/komunitas sasaran
|
|||
3.
Masyarakat/komunitas sasaran mulai
terlibat dalam implementasi
program
|
|||
4.
Kegiatan berlangsung secara simultan
|
|||
5.
Mulai memiliki CO lokal
|
|||
6.
Batasan waktu berproses selama 2 tahun
|
|||
2.
|
Wilayah proses
pendampingan dan penguatan
|
Wilayah dengan keberjalanan
program dengan kategori baik dan mampu memberikan kebermanfaatan secara nyata
kepada masyarakat,
walaupun tidak seluruhnya secara langsung. Tahap
ini adalah langkah awal dalam mengembangkan potensi lokal
dengan melibatkan partisipasi
masyarakat
|
1.
Komunikasi dan kegiatan bersama
masyarakat/komunitas sasaran berjalan secara rutin
|
2.
Masyarakat/komunitas
sasaran terlibat
aktif dalam proses program
|
|||
3.
Memiliki fokus program berbasis
masyarakat/komunitas sasaran
|
|||
4.
Memiliki output program (fisik maupun
imaterial/jasa)
|
|||
5.
Fokus program dan perencanaan
program bersifat berkelanjutan
|
|||
6.
Memiliki CO lokal yang menginisiasi
beberapa program (share authorized)
|
|||
7.
Memiliki jaringan kerjasama dalam
pengembangan program (min. 1 jaringan eksternal)
|
|||
3.
|
Wilayah proses
pengembangan dan kemandirian
|
Wilayah dengan keberjalanan
program dengan kategori stabil
dengan dimotori oleh partisipasi
masyarakat. Hasil program mulai dirasakan secara langsung oleh
masyarakat secara signifikan. Titik
tekan pada fase ini adalah
masyarakat mampu mandiri dalam mengelola potensi lokal mereka.
|
1.
Partisipasi masyarakat/komunitas
sasaran menjadi titik
poin utama dalam pelaksanaan program (komunikasi,
perencanaan, implementasi, monev)
|
2.
Memiliki produk program (output) yang
mulai dikelola secara swadaya (sendiri)
|
|||
3.
Produk program memiliki dampak
signifikan dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat/komunitas sasaran
|
|||
4.
Program bersifat berkelanjutan dan
progresif
|
|||
5.
CO lokal menjadi motor utama
penggerak aktivitas masyarakat/komunitas
sasaran
|
|||
6.
Memiliki jaringan kerjasama dalam
pengembangan program (lebih dari 2 jaringan eksternal)
yang bersifat
berkelanjutan
|
|||
7.
Batasan waktu berproses selama 5 tahun
|
d. Logo
Despro
i.
Gambar
dan Nama Logo
Api Cawan Kehidupan Gambar
cawan yang menjaga api semangat kepedulian generasi muda dalam menjaga
kehidupan dan nilai-nilainya. Kehidupan masa depan generasi peduli untuk
masyarakat, bangsa dan negara.
ii. Makna
Logo Desa Produktif
·
Daun hijau tua adalah simbol kehidupan yang memiliki banyak manfaat, selalu
berkembang dan penuh dengan dinamika.
·
Api dan sumber api melengkung ke bawah berwarna merah merupakan simbol cahaya dan semangat yang
terus menyala serta
keoptimisan menggerakkan
kehidupan.
·
Dua lingkaran berwarna orange bermakna sebagai simbol ikatan seluruh elemen masyarakat secara luas.
e. Grand Design Program
Grand design Despro berawal dari Awarness
Building dan tertuju pada Peningkatan Kualitas Hidup.
III.
SEKOLAH PEMBERDAYAAN
a.
Sekolah
Pemberdayaan (media pengembangan kapasitas generasi muda
dalam memahami masalah bangsa yang langsung bersinggungan dengan masyarakat akar rumput.)
b. Rencana Program Pembinaan Profil Kontributif (direncanakan
mulai dari tahun 1-3 dengan berbagai teori & prakteknya)
c. Bentuk Program Berbasis Indikator MDGs (Terdiri
dari bidag ekonomi, sosial, pendidikan & Kesehatan)
d. Langkah Strategis Peningkatan Partisipasi
Despro (meliputi kegiatan Pelibatan, Pendekatan, Intervensi & Penguatan
Jaringan)
IV.
Identifikasi Wilayah (Area Assessment)
Identifikasi wilayah ini meliputi 5 aspek yaitu:
a. Analisis Masalah
b. Analisis Prioritas Penetuan Lokasi SDP
c. Analisis Peran
d. Alur Assessment
e. Penilaian Hasil Assessment
V.
KAJIAN TEORITIS
a.
Sustainable
Livelihood Approach (SLA)
sebagai Identifikasi Potensi (yaitu suatu pendekatan penguhidupan yang
berkelanjutan)
b.
Memahami
Sustainable Livelihoods Approach (SLA) (pendekatan penguhidupan yang
berkelanjutan)
c.
Konteks
dan Variabel (ditekankan pada permasalahan lingkungan yang ada di tempat
binaan)
VI.
Monitoring dan Evaluasi (Monev)
Monev memiliki
4 aspek yaitu:
a.
Tujuan (mengetahui perkembagan dsb terkait desa
binaan)
b.
Target (program, tim, mitra dan dokumentasi)
c.
Sasaran (Penerima manfaat, pengurus, manajemen,
mkitra & masyarakat)
d.
Bentuk Kegiatan (Monev, kunjungan, penguatan
jaringan)
VII.
PENGUATAN JARINGAN DAN KOMUNIKASI
EKSTERNAL
Hal ini terkait dengan beberapa point penting
di bawah ini:
a.
Penguatan
Jaringan
b.
Komunikasi
Eksternal
i. Press
Release Media
ii. Plang
Identitas Program
iii. Penyusunan
Laporan Publik
VIII.
FASILITATOR TIM DESA PRODUKTIF
a.
Ruang
Lingkup Tugas Fasilitator (Secara umum yaitu memahami lembaga DD & Beastudi
Indonesai & sebagai Fasilitator)
b.
Persyaratan
Fasilitator Desa Produktif (Punya visi, pengalaman, aktiv organisasi,
laki/wanita, usia 20-25 th & bersedia/sukarela)
IX.
DESA PRODUKTIF AWARD
a.
Tujuan (Apresiasi & Penghargaan, Penjagaan
dll)
b.
Sasaran (Seluruh wilayah despro)
c.
Jadwal Pelaksanaan (1x dalam 1 periode)
d.
Materi Penilaian (meliputi berbagai aspek proses; program dll)
e.
Metode Penilaian (Monev & Penyusunan
evaluasi daerah)
f.
Bentuk Apresiasi (Hibah prestasi dan Publikasi
program)
g.
Indikator Penilaian Despro Award (program,
capaian program, partisipasi internal & eksternal)
X.
PENUTUP
Despro
merupakan langkah kecil yang digagas sebgai upaya perbaikan bagsa Indonesia
menjadi lebih baik lagi.
Wassalamualaikaum w.w.,
Samarinda,
26 Maret 2017
RONI HAERONI ETOSER
SMD 2014